Kronologi Peristiwa Perang Medan Area

Sukarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia telah menyatakan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Kabar gembira tersebut baru sampai ke rakyat Medan 10 hari berselang atau pada 27 Agustus 1945. Namun, kedatangan pasukan Sekutu yang disertai oleh NICA atau balatentara Belanda membuat rakyat dan kaum pejuang di Sumatera Utara merasa terusik.

Ahmad Tahir dalam Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan (1995:90) mengisahkan, di Medan, Belanda mulai menunjukkan pergerakan yang mencurigakan. NICA mengumpulkan para mantan serdadu Belanda di Medan untuk membentuk kembali kekuatan militer mereka. https://www.fest-fair.com/

Para pemuda di Medan pun segera mengambil sikap. Dimotori oleh Ahmad Tahir yang pernah bergabung dengan tentara sukarela (gyugun) pada masa pendudukan Jepang, dibentuklah Barisan Pemuda sebagai tindakan antisipasi.

Barisan Pemuda di toto macau Medan punya ciri khas, yakni mengenakan lencana merah-putih. Tanggal 13 Oktober 1945, tentara Belanda menginjak-injak lencana kebanggaan tersebut.

Insiden inilah yang memicu pecahnya perang di Medan. Dalam peristiwa yang disebut Pertempuran Medan Area itu, pihak republik berhasil melumpuhkan hampir 100 orang serdadu Belanda.

Hal ini membuat militer Belanda murka dan menetapkan sejumlah aturan. Ditegaskan oleh Belanda bahwa rakyat Indonesia di Medan tidak boleh membawa senjata. Mereka yang masih membawa senjata diwajibkan menyerahkannya kepada pihak Belanda atau Sekutu.

Akhir Pertempuran Medan Area

Sekutu dan NICA akhirnya sweet bonanza berhasil menduduki Kota Medan pada April 1946. Pusat perjuangan rakyat Medan pun terpaksa digeser ke Pematang Siantar. Kendati begitu, masih terjadi perlawanan, termasuk pada 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi.

Para komandan pasukan RI yang berjuang di Medan kemudian bertemu dan membentuk satuan komando bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Tanggal 19 Agustus 1946, dibentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI) di Kabanjahe.